Sulit Kontrol Emosi? 5 Fakta Penting Intermittent Explosive Disorder
Uncategorized

Sulit Kontrol Emosi? 5 Fakta Penting Intermittent Explosive Disorder

DEWAKIUKIU LOUNGESulit Kontrol Emosi? 5 Fakta Penting Intermittent Explosive Disorder

dewakiu33.info – Gangguan mental seperti Han Woo Joo di K-drama Fix You

Di balik perannya dalam membantu penyembuhan pasien dengan gangguan mental, ternyata Han Woo-Joo juga memiliki gangguan mental intermittent explosive disorder (IED), yaitu kegagalan dalam mengendalikan emosi. Ia mudah emosi terhadap hal sepele, dan kalau marah bisa sampai meledak-ledak.

Ini bisa membuat penderita sangat tertekan dan berdampak negatif pada hubungan, pekerjaan, sekolah, bahkan bisa menimbulkan konsekuensi hukum dan finansial.

Mari mengenal lebih jauh tentang IED berdasarkan beberapa studi kasus dari jurnal ilmiah.

1. Walau sulit mengenali emosinya, tetapi saat orang dengan IED mengidentifikasi perasaan marah, ia menghabiskan lebih banyak waktu untuk memfokuskan emosi ini

Di antara mereka dengan IED, perenungan kemarahan yang lebih besar memprediksi agresi seumur hidup yang lebih besar.

2. Korelasi sosiodemografi yang signifikan secara statistik dari IED termasuk jenis kelamin, urbanitas, riwayat upaya bunuh diri, riwayat perilaku yang merugikan diri sendiri, dan riwayat keluarga dengan masalah agresi atau kemarahan

Gelegen dkk., telah melakukan penelitian terkait prevalensi dan korelasi klinis IED pada pasien rawat jalan psikiatri di Turki. Partisipan studi adalah 406 pasien.

Untuk gambaran demografis dan klinis, prevalensi IED lebih tinggi pada laki-laki dan usia onset-nya adalah 16,4 tahun.

Selain itu, tim peneliti juga mengamati hubungan yang signifikan antara tinggal di daerah pedesaan dan prevalensi IED yang lebih tinggi.

3. Peserta dengan IED mengidentifikasi cerita kemarahan dan amarah yang salah diartikan dengan cerita non-kemarahan secara signifikan lebih sering

Dukungan kemarahan yang benar berhubungan positif dengan skala LHA, BPA, STAXI-2, dan LHIB dalam analisis bivariat. Analisis ini menunjukkan tidak ada efek komorbiditas pada data kinerja IED.

4. Riwayat pelecehan masa kanak-kanak dapat meningkatkan kemungkinan terlibat dalam agresi secara keseluruhan dan mengembangkan IED

Puhalla dkk., telah memeriksa kontribusi relatif dari pelecehan anak dan gangguan penggunaan alkohol (alcohol use disorder, AUD) pada IED. Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat pelecehan masa kanak-kanak, tetapi bukan status AUD, secara unik memprediksi status IED.

Sebuah riwayat pelecehan masa kanak-kanak membedakan mereka dengan IED dari mereka dengan psikopatologi lain, yang konsisten dengan temuan sebelumnya oleh Fanning dkk. (2014), dan memperluas literatur dengan memasukkan psikopatologi komorbid yang membedakan individu dengan IED (misalnya gangguan penggunaan alkohol, gangguan penggunaan zat, dan gangguan kepribadian).

Secara keseluruhan, ini menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami pelecehan dapat belajar memandang dunia sebagai tempat yang penuh kekerasan dan berbahaya, sehingga mulai menafsirkan situasi interpersonal yang ambigu dan netral sebagai permusuhan atau berbahaya.

Hal ini konsisten dengan temuan Coccaro dkk. (2009), bahwa orang dengan IED melaporkan tingkat bias atribusi yang lebih besar. 

5. Hubungan antara IED, kemarahan, dan agresi mencerminkan kebutuhan untuk mengembangkan dan menerapkan pendekatan intervensi yang spesifik dan disesuaikan secara individual untuk memperbaiki perilaku pelanggar remaja IED untuk mencegah kejahatan baru

Shao dkk., telah menyelidiki fenomena IED pada pelanggar remaja laki-laki di Shanghai.

Shao dkk. (2019) menemukan fenomena ini tidak hanya pada pelanggar remaja laki-laki tanpa diagnosis DSM-IV (58,8 persen), tetapi juga pada kelompok IED (50 persen), dan kelompok diagnosis DSM-IV lainnya (66,7 persen). Ini menegaskan keseriusan kenakalan remaja di antara populasi migran di Tiongkok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *