DewaKiuKiuLounge – Sebenarnya saya hidup untuk apa?
Saya bisanya apa?
Apa yang sebenarnya harus saya lakukan?
Apa yang bikin saya bahagia?
Kenapa orang-orang bisa berkembang? Kenapa saya tidak?
Apa yang saya jalani sudah benar belum?
Sesuai dengan keinginanku bukan sih?
Sering terjebak dengan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas? Mungkin kamu sedang mengalami yang namanya quarter life crisis, untuk lebih paham tentang apa itu QLC hayuk simak penjelasanya di bawah ini….
BandarQ Quarter life crisis merupakan keadaan dimana seseorang mulai merasa cemas, gelisah, ragu (insecure), bahkan hilang arah dalam menjalani hidup terutama hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan, karir, bisnis, finansial ataupun hubungan (relationship).
QLS kerap kali dialami seseorang pada rentan usia 20 tahun keatas misal bagi mereka yang sedang atau telah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, masa ini disebut masa peralihan menuju dewasa.
Tokoh psikologi Atwood dan Schotz (2008) mengatakan quarter life crisis adalah bagian dari gejolak di quarter-life period, yaitu sebuah fase perkembangan psikologis yang muncul di usia 18-29 tahun sebagai masa transisi antara fase remaja ke fase dewasa.
Quarter life crisis menimpa seseorang karena adanya tekanan serta tuntutan dari orang-orang sekitar. Hal ini juga dipengaruhi oleh sisi perfeksionis seseorang untuk terlihat sempurna sehingga cenderung menyalahkan atau menghukum diri sendiri ketika tidak dapat atau tidak bisa melakukan sesuatu yang berarti atau tidak mampu menentukan arah hidup.
Hal ini biasa ditandai dengan:
1. Mulai mempertanyakan hidup
2. Merasa hanya jalan di tempat
3. Kurang motivasi
4. Bingung memilih keluar dari zona nyaman atau tidak
5. Tidak bahagia dengan pencapaian yang didapat
6. Merasa terombang-ambing
Seseorang yang mengalami Quarter Life Crisis ini terbagi dalam beberapa fase, antara lain:
1. Pertama, seseorang akan merasa berada pada suatu keadaan yang begitu menjeratnya sehingga tidak mudah untuk keluar dari zona tersebut, hal ini biasanya terkait masalah pendidikan, karir, hubungan sosial, relationship, pekerjaan atau bahkan semuanya.
2. Kedua, seseorang merasa dapat mengubah suatu keadaan karena sadar bahwa posisinya yang rentan maka mulailah ia berusaha keras mengejar target dan mengubahnya menjadi lebih baik. Namun yang perlu diperhatikan adalah pada fase ini baiknya lebih hati-hati dalam melangkah, karena jika gagal maka orang tersebut akan kembali ke fase sebelumnya. Bahkan mungkin lebih buruk.
3. Ketiga, munculnya keinginan untuk memulai kehidupan yang baru. Hal ini terjadi saat seseorang berhasil mencapai satu target dalam hidupnya.
4. Keempat, timbulnya komitmen dalam diri seseorang terhadap sesuatu entah itu pekerjaan, pendidikan, hubungan, maupun karir atau bisnis yang sedang dirintis. Pada fase inilah seseorang mulai percaya diri dan siap menghadapi tantangan kehidupan yang baru.
Untuk keluar dari penyakit mental ini beberapa hal yang perlu kamu lakukan adalah:
1. Mengenali diri sendiri
Cobalah untuk lebih paham terhadap diri kamu sendiri, mengetahui kemampuan atau keahlian pribadi jika sudah diketahui maka kembangkan hal itu. Misal dalam urusan karir, hal apa yang bisa kamu lakukan dengan keahlian yang kamu miliki untuk selanjutnya bisa dikembangkan dan punya nilai tersendiri.
2. Mau melakukan sesuatu/ memotivasi diri
Setelah mengetahui hal special dalam diri kamu maka lakukan tindakan. Tidak sedikit orang yang paham akan dirinya dan ahli dibidang mana ia serta sudah mempunyai rencana-rencana namun masih ragu untuk melakukan sebuah tindakan (action) karna terlalu banyak pertimbangan sehingga hal itu tidak pernah ia lakukan.
3.Tidak mematok target yang tinggi
Jangan mematok sesuatu yang justru memebebani diri sendiri dan membuat kamu tidak maju atau berkembang.
4. Tidak membanding-bandingkan diri
Hal yang paling umum ditemui misal: media sosial saat ini sering digunakan sebagai sarana eksistensi diri memamerkan kebahagiaan seseorang dengan unggahan-unggahan yang dipamerkan, hal inilah yang justru membuat kita menjadi kurang percaya diri karena merasa hidup orang lain selalu terlihat baik dan hidup kita selalu penuh dengan keterpurukan. Padahal, realitanya unggahan-unggahan tersebut belum tentu menunjukkan keadaan yang sebenarnya dialami seseorang.
5. Sebenarnya Mendekatkan diri dengan orang lain
Ceritalah hal ini dengan orang-orang yang bisa kamu percaya entah orang tua, teman terdekat, maupun pasangan. Ingatlah bahwa pada fitrahnya manusia adalah mahluk sosial, kita akan selalu membutuhkan orang lain dalam hidup kita maka dari itu berbagilah dengan orang lain dengan orang-orang terdekat kamu selain mereka bisa menjadi pendengar yang baik mungkin saja mereka bisa memberikan solusi dari apa yang kamu alami.
Hal yang paling penting ingatlah bahwa quarter life crisis itu wajar bisa dialami setiap orang. Bahkan bisa saja membawa dampak posistif. Kita bisa lebih belajar, melihat, mencari tahu hal-hal baru yang tidak kita sadari sebelumnya. Namun, ketika quarter life crisis ini tidak ditangani dengan tepat kita bisa saja merasa kesepian, cemas bahkan sampai depresi.