DEWAKIUKIULOUNGE Alasan Warga +62 Sering Dibodohi Memang bukan semua warga +62 yang sering dibodohi. Hanya segelintir, tapi sungguh membikin nyesek hati, baik bagi korban maupun warga sekelilingnya. Jutaan, hingga puluhan juta, tak jarang terbuang percuma. Sementara tipuan-tipuan pelaku terkesan bodoh dan sering tak masuk akal.
Apa sebab ane ngasih tahu ini pembodohan, bukan penipuan? Karena korban tak jarang tahu dia ditipu, tapi tetap nrimo dibodohi. Contoh ilustrasi mungkin seperti ini, di mana ada seorang, katakanlah petugas medis, tiba-tiba disms penipu bahwa korban menjadi pemenang poin plus plus provider si merah dengan hadiah ratusan juta rupiah. Padahal sejak mula korban adalah pelanggan militan provider si kuning? Namun ujug-ujug pembodohan tetap berjalan mulus alias pelaku penipuan sukses dengan pekerjaannya.
Apakah ini karena korban memang bodoh? Jelas tidak. Mereka termasuk orang pintar, bahkan ada di antaranya dari kalangan terpelajar. Korban tak hanya terjebak pembodohan mama minta pulsa, kerajaan gadungan, travel murah meriah atau semacamnya, bahkan deposito bodong. Sementara sasaran utama pelaku murni hanya untuk uang dengan cara mendapatkannya tidak fair.
Lalu, mengapa pembodohan ini tetap terjadi sporadis di beberapa wilayah? Mungkin alasan ini bisa dijadikan acuan.
1. Nafsu
Meski seseorang itu telah bergaji puluhan juta rupiah, tapi nafsu serakah sering membuat mereka gelap mata. Iming-iming hadiah atau keuntungan menggiurkan membuat akal sehat mereka tak berjalan. Malahan orang dari kalangan pas-pasan yang kerap berpikir lebih kritis ketika terjebak pembodohan.
2. Modal
Prinsip korban memang prinsip ekonom, yakni dengan modal sekecil-kecilnya, beroleh untung yang sebesar-besarnya. Tapi prinsip satu ini sudah kebablasan. Tak perduli lagi benar-salah.
3. Alasan Warga Mager
Korban bukan hobi membuat pager, melainkan mereka itu malas gerak. Sementara usaha itu identik dengan bergerak. Maka mereka jor-joran menanam saham, lalu ongkang-ongkang, menunggu keuntungan mengucur. Pelaku bisnis saham itu terkadang bodong. Ujung-ujungnya untung tak ada, tapi uang telah melayang.
4. Alasan Warga Tak simak legalitas
BandarQ Korban terlalu mudah terprovokasi. Urusan bisnis abal-abal dengan tak mengedepankan unsur legalitas, sering dianggap angin lalu. Pokoknya uang bisa beranak-pinak.
5. Alasan Warga Ingin murah
Murah di sini sudah masuk ke ranah tak masuk akal. Ibarat kata kuantitas lebih disukai daripada kuantitas. Orang-orang terobsesi dengan kata murah, tak jarang terjebak bisnis murahan atau penipuan.
6. Kaya tapi tak cerdas.
Korban pembodohan itu rata-rata kaya finansial, tapi tak kaya kecerdasan, akhirnya berhasil ditipu.