DewaKiuKiuLounge Pendidikan zaman dahulu adalah proses dimana pendidikan dimulai dan diajarkan walaupun tempat dan fasilitasnya belum tercukupi. Namun semangat untuk memperoleh pendidikan tetap ada. Pendidikan sekarang adalah perubahan dengan adanya fasilitas dan alat untuk menunjang proses pembelajaran lebih lengkap dengan sekolah bersistem Internasional maupun nasional
Saat kita membahas tentang pendidikan, pasti akan mengarah ke sekolah, sekolah mengarah ke guru, dan guru akan mengarah ke murid. Terus jika muridnya nggak pinter, wali murid akan menyalahkan sekolah, dan sekolah akan menyalahkan guru, guru pun pasti akan menyalahkan muridnya.
Padahal sebenarnya yang salah adalah sistemnya. Mengapa?
Karena jika sistemnya yang salah, akhirnya semua item atau semua komponen yang ada dalam sistem itu juga ikut salah. Makanya terjadi saling menyalahkan seperti yang diatas tadi. Yang menyalahkan tentang anak sekarang yang malas untuk belajar, ada yang nyalahin gurunya karena kualitasnya rendah, terus nyalahin kurikulumnya, bahkan teknologi pun juga ikut disalahkan.
Jika di telisik kembali dari pendapat mereka ya ada benarnya juga. Karena pasti setiap pendapat dari mereka memiliki alasan yang cukup kuat untuk membuktikannya.
Saya flash back sedikit tentang jaman sekolah saya SMA dulu. Waktu saya sekolah dulu, banyak sekali jam pelajaran yang kosong. Entah itu alasan gurunya sedang ada rapat, entah gurunya sedang ada keperluan diluar sekolah, atau kendala lainnya. Sering banget guru ninggalin sekolah disaat jam pelajaran masih berlangsung. Tapi kami, termasuk saya sebagai murid bukannya belajar sendiri di kelas bareng temen-temen, tapi malah seneng kalo gurunya nggak ada. Akhirnya kita pada main di depan kelas. Kadang juga di dalem kelas, kalo ada guru yang menganjurkan hari ini jam kosong tapi tetep di ruang kelas nggak boleh ada yang keluar. Pernah kan kalian seperti itu?
Singkat cerita ada salah satu guru di sekolah saya yang membuka diri. Mungkin karena beliau kerap kali mendapati pertanyaan yang membuat hidupnya risih. Termasuk teman saya yang begitu kritis tentang peran guru. Pertanyaan para murid begini “kenapa sih bapak sering meninggalkan jam pelajaran? padahal kami masih membutuhkan didikan bapak”.2
Akhirnya beliau pun bercerita, bahwa gaji beliau tidak cukup untuk menghidupi anak istrinya. Beliau sering keluar sekolah saat jam pelajaran itu karena beliau mencari penghasilan lain, atau ‘objekan’ lain. Bahkan beliau bilang kalo penghasilan diluar itu jauh lebih gede dibandingkan gajinya sebagai guru. Jadinya murid yang harusnya diajar malah ditinggal. Akhirnya murid-murid pada senang, tapi pengetahuanpun berkurang. Itu masalah pertama.
Masalah kedua, ini saya bertanya langsung pada rekan saya lulusan sarjana pendidikan dan telah jadi guru di SMA swasta. Saya tanya perihal kegiatannya di sekolah, murid-muridnya seperti apa, gaji juga sempet saya tanyakan. Namun ada satu yang lebih menarik.
Tentang jaman dia kuliah. Saat kuliah dulu, dia sama sekali nggak ada keinginan untuk menjadi seorang guru. Tapi karena orang tuannya yang mendorong untuk kuliah di jurusan pendidikan, akhirnya mau nggak mau dia masuk di jurusan pendidikan. Karena rasa keterpaksaannya untuk masuk ke jurusan pendidikan. Akhirnya kuliahnya ya sekadar asal-asalan. Yang penting menyandang gelar Sarjana.
Agen Poker Bahkan bukan cuman dia, tapi temen-temennya juga sebenernya nggak ada niat jadi seorang guru, tapi masuk jurusan pendidikan. Karena mungkin jurusan lain mereka nggak diterima, lalu jurusan pendidikan adalah pilihan tersakhirnya. Masih kemungkinan ya? tolong di koreksi kembali jika pendapat saya salah. Karena yang cerita ini juga anak lulusan sarjana pendidikan juga.
Padahal mahasiswa yang kuliah di jurusan pendidikan ini nantinya akan menjadi seorang pengajar atau guru. Karena dari niat awalnya mereka nggak ada keinginan untuk jadi guru, terus kuliahnya asal nyandang gelar sarjana, akhirnya mereka mengajar muridnya pun nanti juga sekadar asal-asalan. Karena bukan passion mereka disana. Itu salahnya kalo menurut saya.
Terus soal jam tambahan. Kalo menurut saya mending nggak perlu lah ada Full day atau mata pelajaran tambahan yang pulangnya sampe sore. Kenapa? soalnya saya sendiri dulu mengalami ketika masih sekolah dengan adanya Full day, murid malah bermalas-malasan dan ngantuk karena jenuh yang mendengarkan pelajaran seharian penuh. Belum juga pulangnya nanti ada les, les pulangnya malem, sampe rumah udah ngantuk langsung tidur. Bangun tidur berangkat sekolah pulang sore lagi. terus seperti itu malah yang ada bikin jenuh. Coba tanyakan pada rekan kalian yang juga seorang guru. Pasti mereka juga merasakan kejenuhan yang sama dengan murid.
Negara ini pun, masih belum ada pemetaan atau evaluasi secara nasional terhadap kualitas Guru di Indonesia. Ada yang namanya UN, UNBK segala macam apalah itu. Yang di evaluasi cuman muridnya. Pertanyaannya, guru yang ngajarin siswa supaya dia berkembang dengan baik itu kualitasnya bagaimana?
Disisi lain juga siswa-siswi tidak serta merta dapat menyerap seluruh materi akademis, ketika beban masalah sosial ekonomi keluarga ataupun beban masalah lainnya juga ikut berangkat ke sekolah. Jadi jangan saling menyalahkan antara Guru dan Murid.
Mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya urusan pemerintah saja, tetapi juga kepedulian dan peran serta semua pihak mutlak diperlukan. Itulah pendapat saya tentang perbedaan pendidikan di zaman dulu sama sekarang. Yang membedakan mungkin fasilitasnya saja. Tapi sistemnya saja saja, belum ada perubahan. Silahkan koreksi jika ada yang kurang atau ada yang salah. Karena ini juga pendapat saya saja Gansist. Akhir kata…
Wassalamu’alaikum Wr. Wb